sutvartikel.com || JAKARTA, – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengingatkan setelah berhasil menghadapi pandemi Covid-19, kini bangsa Indonesia juga harus bersiap menghadapi berbagai disrupsi dan persoalan pasca pandemi Covid-19. Di bidang pendidikan, misalnya, merujuk data tahun 2018 sebelum pandemi, rata-rata kemampuan membaca, sains, dan matematika pelajar nasional menempati urutan 74 dari 79 negara dunia yang disurvei.
“Pasca pandemi, kita perlu mewaspadai agar pembatasan aktivitas pembelajaran secara langsung tidak menyebabkan generasi pembelajar tumbuh sebagai lost generation, generasi yang terpaksa kehilangan fasilitasi dan referensi akademis yang memadai. Merujuk perspektif global, laporan dari 3 entitas internasional, yaitu UNESCO, UNICEF, serta Bank Dunia, diperkirakan generasi pembelajar yang terdampak pandemi berpotensi kehilangan USD 17 triliun pendapatan seumur hidup, atau setara dengan 14 persen dari PDB global saat ini,” ujar Bamsoet usai menerima Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI) Thomas Suyatno, di Jakarta, Senin (6/6/22).
Hadir Pengurus ABP PTSI antara lain Ketua Umum Thomas Suyatno, Wakil Ketua Umum Iswachyu Dhaniarti, Margawati Van Eymeren dan Chriestine Ayu Ashari.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, Munas V Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia yang akan diselenggarakan pada 21-22 Juli 2022 di Surabaya, harus bisa memberikan rekomendasi sekaligus solusi bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam menghadapi berbagai tantangan pendidikan pasca pandemi Covid-19. Sekaligus menjawab tantangan digitalisasi di bidang pendidikan yang berkembang pesat selama pandemi Covid-19.
“Digitalisasi di bidang pendidikan harus menjadi solusi agar proses pembelajaran di perguruan tinggi bisa terbebas dari segala bentuk belenggu keterbatasan. Maka pemanfaatan teknologi harus menjadi media yang mampu menopang penyelenggaraan pendidikan. Sehingga hambatan jarak, ruang dan waktu, tidak lagi menjadi persoalan,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, selain aksesibilitas pembelajaran yang harus dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan Indonesia juga pada rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia. Statistik Pendidikan 2021 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Indonesia mayoritas masih didominasi oleh penduduk berpendidikan rendah. Pada tahun 2021, jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan pada sekolah menengah atau sederajat tercatat sebesar 29,21 persen, sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya 9,67 persen.
“Meskipun angka tersebut terus mengalami peningkatan secara konsisten, namun gambaran statistik tersebut mengisyaratkan bahwa masih banyak yang harus kita upayakan untuk meningkatkan angka partisipasi peserta didik hingga perguruan tinggi. Karenanya, keberadaan perguruan tinggi swasta yang berada di berbagai daerah, harus bisa menjadi solusi bagi pemerataan akses pendidikan tinggi terhadap berbagai kalangan masyarakat,” pungkas Bamsoet. (Yn)